Home » Gadis bugil » Kisah Janda Kesepian
Kisah Janda Kesepian
Diposting oleh Om Kumis on Rabu, 12 Desember 2012
Kisahku
ini berawal ketika di usiaku yang masih terbilang muda, 19 tahun,
papaku waktu itu menjodohkan aku dengan seorang pemuda yang usianya 10
tahun lebih tua dari aku dan katanya masih ada hubungan saudara dengan
keluarga mamaku.
Memang
usiaku saat itu sudah cukup untuk berumah tangga dan wajahku juga
tergolong lumayan, walaupun badanku terlihat agak gemuk mungkin orang
menyebutku bahenol, namun kulitku putih, tidak seperti kebanyakan
teman-temanku karena memang aku dilahirkan di tengah-tengah keluarga
yang berdarah Cina-Sunda, papaku Cina dan mamaku Sunda asli dari
Bandung. Sehingga kadang banyak pemuda-pemuda iseng yang mencoba
merayuku. Bahkan banyak di antara mereka yang bilang bahwa payudaraku
besar dan padat berisi sehingga banyak laki-laki yang selalu
memperhatikan buah dadaku ini saja. Apalagi bila aku memakai kaos yang
agak ketat, pasti dadaku akan membumbung tinggi dan mancung. Tetapi
sampai aku duduk di kelas 3 SMA aku masih belum memiliki pacar dan masih
belum mengenal yang namanya cinta.
Sebenarnya
dalam hatiku aku menolak untuk dijodohkan secepat ini, karena
sesungguhnya aku sendiri masih ingin melanjutkan sekolah sampai ke
perguruan tinggi. Namun apa daya aku sendiri tak dapat menentang
keinginan papa dan lagi memang kondisi ekonomi keluarga saat itu tidak
memungkinkan untuk terus melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi.
Karena ke-3 orang adikku yang semua laki-laki masih memerlukan biaya
yang cukup besar untuk dapat terus bersekolah. Sementara papa hanya
bekerja sebagai pegawai swasta biasa. Maka dengan berbagai bujukkan dari
keluarga terutama mamaku aku mengalah demi membahagiakan kedua
orangtuaku.
Begitulah
sampai hari pernikahan tiba, tidak ada hal-hal serius yang menghalangi
jalannya pernikahanku ini dengan pemuda yang baru aku kenal kurang dari
dua bulan sebelumnya. Selama proses perkenalan kamipun tidak ada sesuatu
hal yang serius yang kami bicarakan tentang masa depan karena semua
sudah diatur sebelumnya oleh keluarga kedua belah pihak. Maka masa-masa
perkenalan kami yang sangat singkat itu hanya diisi dengan
kunjungan-kunjungan rutin calon suamiku setiap malam minggu. Itupun
paling hanya satu atau dua jam saja dan biasanya aku ditemani papa atau
mama mengobrol mengenai keadaan keluarganya. Setelah acara resepsi
pernikahan selesai seperti biasanya kedua pengantin yang berbahagia
memasuki kamar pengantin untuk melaksanakan kewajibannya.
Yang
disebut malam pengantin atau malam pertama tidak terjadi pada malam
itu, karena setelah berada dalam kamar aku hanya diam dan tegang tidak
tahu apa yang harus kulalukan. Maklum mungkin karena masih terlalu
lugunya aku pada waktu itu. Suamiku pada waktu itupun rupanya belum
terlalu "mahir" dengan apa yang disebut hubungan suami istri, sehingga
malam pertama kami lewatkan hanya dengan diraba-raba oleh suami. Itupun
kadang-kadang aku tolak karena pada waktu itu aku sendiri sebenarnya
merasa risih diraba-raba oleh lelaki. Apalagi oleh lelaki yang "belum"
aku cintai, karena memang aku tidak mencintai suamiku. Pernikahan kami
semata-mata atas perjodohan orang tua saja dan bukan atas kehendakku
sendiri.
Barulah
pada malam kedua suamiku mulai melancarkan serangannya, ia mulai
melepas bajuku satu per satu dan mencumbu dengan menciumi kening hingga
jari kaki. Mendapat serangan seperti itu tentu saja sebagai seorang
wanita yang sudah memasuki masa pubertas akupun mulai bergairah walaupun
tidak secara langsung aku tunjukkan ke depan suamiku. Apalagi saat ia
mulai menyentuh bagian-bagian yang paling aku jaga sebelumnya, kepalaku
bagaikan tak terkendali bergerak ke kanan ke kiri menahan nikmat sejuta
rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
Kemaluanku
mulai mengeluarkan cairan dan sampai membasahi rambut yang menutupi
vaginaku. Suamiku semakin bersemangat menciumi puting susu yang berwarna
merah muda kecoklatan dan tampak bulat mengeras mungkin karena pada
saat itu aku pun sudah mulai terangsang. Aku sudah tidak ingat lagi
berapa kali ia menjilati klitorisku pada malam itu, sampai aku tak kuasa
menahan nikmatnya permainan lidah suamiku menjilati klitoris dan aku
pun orgasme dengan menyemburkan cairan hangat dari dalam vaginaku ke
mulutnya.
Dengan
perasaan tidak sabar, kubuka dan kuangkat lebar kakiku sehingga akan
terlihat jelas oleh suamiku lubang vagina yang kemerahan dan basah ini.
Atas permintaan suami kupegang batang kemaluannya yang besar dan keras
luar biasa menurutku pada waktu itu. Perlahan-lahan kutuntun kepala
kemaluannya menyentuh lubang vaginaku yang sudah basah dan licin ini.
Rasa nikmat yang luar biasa kurasakan saat kepala penis suamiku
menggosok-gosok bibir vaginaku ini. Dengan sedikit mendorong pantatnya
suamiku berhasil menembus keperawananku, diikuti rintihanku yang
tertahan.
Untuk
pertama kalinya vaginaku ini dimasuki oleh penis laki-laki dan anehnya
tidak terasa sakit seperti yang seringkali aku dengar dari teman-temanku
yang baru menikah dan menceritakan pengalaman malam pertama mereka.
Memang ada sedikit rasa sakit yang menyayat pada saat kepala penis itu
mulai menyusup perlahan masuk ke dalam vaginaku ini, tetapi mungkin
karena pada waktu itu aku pun sangat bergairah sekali sehingga aku sudah
tidak perduli lagi dengan rasa sakitnya. Apalagi saat suamiku mulai
menggosok-gosokkan batang penisnya itu di dalam vaginaku, mataku
terpejam dan kepalaku hanya menengadah ke atas, menahan rasa geli dan
nikmat yang tidak dapat aku ceritakan di sini.
Sementara
kedua tanganku memegang tepian ranjang yang berada di atas kepalaku.
Semakin lama goyangan pinggul suamiku semakin cepat diikuti dengan
desahan nafasnya yang memburu membuat nafsuku makin menggebu. Sesekali
terdengar suara decak air atau becek dari lubang vaginaku yang sedang
digesek-gesek dengan batang penis suamiku yang besar, yang membuatku
semakin cepat mencapai orgasme yang kedua. Sementara suami masih terus
berpacu untuk mencapai puncak kenikmatannya, aku sudah dua kali orgasme
dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sampai akhirnya suamiku pun menahan
desahannya sambil menyemburkan cairan yang hangat dan kental dari
kepala penisnya di dalam lubang vaginaku ini.
Belakangan
baru aku ketahui cairan itu yang disebut dengan sperma, maklum dulu aku
tergolong gadis yang kurang gaul jadi untuk hal-hal atau
istilah-istilah seperti itu aku tidak pernah tahu. Cairan sperma suamiku
pun mengalir keluar dari mulut vaginaku membasahi sprei dan bercampur
dengan darah keperawananku. Kami berdua terkulai lemas, namun masih
sempat tanganku meraba-raba bibir vagina untuk memuaskan hasrat dan
gairahku yang masih tersisa. Dengan menggosok-gosok klitoris yang masih
basah, licin dan lembut oleh sperma suamiku, aku pun mencapai orgasme
untuk yang ketiga kalinya.
Luar
biasa memang sensasi yang aku rasakan pada saat malam pengantin itu,
dan hal seperti yang aku ceritakan di atas terus berlanjut hampir setiap
malam selama beberapa bulan. Dan setiap kali kami melakukannya aku
selalu merasa tidak pernah puas dengan suami yang hanya mampu
melakukannya sekali. Aku membutuhkannya lebih dari sekali dan selalu
menginginkannya setiap hari. Entah apa yang sebenarnya terjadi dalam
diriku sehingga aku tidak pernah bisa membendung gejolak nafsuku.
Padahal sebelum aku menikah tidak pernah kurasakan hal ini apalagi
sampai menginginkannya terus menerus. Mungkinkah aku termasuk dalam
golongan yang namanya hypersex itu?
Setelah
2 tahun kami menikah aku bercerai dengan suamiku, karena semakin hari
suamiku semakin jarang ada di rumah, karena memang sehari-harinya ia
bekerja sebagai manajer marketing di sebuah perusahaan swasta sehingga
sering sekali ia keluar kota dengan alasan urusan kantor. Dan tidak lama
terdengar berita bahwa ia memiliki istri simpanan. Yang lebih
menyakitkan sehingga aku minta diceraikan adalah istri simpanannya itu
adalah bekas pacarnya yang dulu, ternyata selama ini dia pun menikah
denganku karena dipaksa oleh orang tuanya dan bukan karena rasa cinta.
Tak
rela berbagi suami dengan wanita lain, akhirnya aku resmi diceraikan
suamiku. Sakit memang hati ini seperti diiris-iris mendengar pengakuan
suami tentang istri simpanannya itu, dengan terus terang dia mengatakan
bahwa dia lebih mencintai istri simpanannya yang sebetulnya memang bekas
pacarnya. Apalagi katanya istri simpanan suamiku itu selalu dapat
membuat dirinya bahagia di atas ranjang, tidak seperti diriku ini yang
selalu hanya minta dipuaskan tetapi tidak bisa memuaskan keinginan
suamiku, begitu katanya.
Lima
tahun sudah aku hidup menjanda, dan kini aku tinggal sendiri dengan
mengontrak sebuah rumah di pinggiran kota Jakarta. Beruntung aku
mendapat pekerjaan yang agak lumayan di sebuah perusahaan swasta
sehingga aku dapat menghidupi diriku sendiri. Belakangan ini setiap
malam aku tidak dapat tidur dengan nyenyak, sering aku baru bisa
tertidur pulas di atas jam 03.00 pagi. Mungkin dikarenakan pikiranku
yang sering ngelantur belakangan ini. Sering aku melamun dan
membayangkan saat-saat indah bersama suamiku dulu.
Terkadang
sering pula aku membayangkan diriku bermesraan dengan seorang teman
kerjaku, sehingga setiap malam hanya onani saja yang dapat kulakukan.
Tidak ada keberanian untuk menceritakan hal ini kepada orang lain
apalagi pada teman-teman kerjaku, bisa-bisa aku diberi julukkan yang
tidak baik di kantor. Hanya dengan tanganku ini kuelus-elus bibir
vaginaku setiap malam sambil membayangkan bercumbu dengan seorang
laki-laki, terkadang juga kumasukkan jari telunjukku agar aku dapat
lebih merasakan kenikmatan yang pernah kualami dulu.
Para
netters sekalian, aku memberanikan diri menceritakan hal seperti di
atas kepada Anda semua mungkin karena didorong oleh perasaan yang sangat
tak tertahankan lagi saat ini. Dan mungkin ada di antara anda yang
dapat membantu dan mungkin akan menjadi jodohku kelak. Aku harap Anda
tidak hanya terobsesi dengan ceritaku di atas.
TAMAT
Kisah Janda Kesepian
based on 99998 ratings.
5 user reviews.
.
Label:
Gadis bugil